Rabu, 01 Februari 2012

Mekanisme dan strategi produksi drama didalam studio


Tugas Pengarah Acara 3
Mekanisme dan strategi produksi drama didalam studio

Dosen Pengampu:
Diah Arum Retnowati, S.Sn
Drs. M.Suparwoto






Disusun oleh:
Ari Lestari Sinaga
0810338032

  PROGRAM S1 TELEVISI
  FAKULTAS SENI MEDIA REKAM
  INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKART

Mekanisme dan strategi produksi drama didalam studio

Dalam sebuah produksi drama didalam sebuah studio menggunakan multikamera, karena didalam sebuah studio biasanya sudah disediakan tempat untuk menyeting yang tidak bisa diganti-ganti. Dalam hal ini peran semua kru sangan penting terutama seorang sutradara. Salah satu yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah tayangan program audio visual televisi adalah ketika program tersebut dikemas secara menarik, dan enak ditonton. kolaborasi dari aspek teknis, dan isi pesan yang disampaikan dalam sebuah tayangan merupakan faktor penentu sebuah tayangan dikatakan menarik atau tidak. Sebetulnya siapa yang sangat berperan dalam menetukan hasil akhir sebuah program audio visual.
Dalam sebuah produksi program tayangan televisi peran sutradara begitu sangat dominan, karena menentukan hasil akhir baik secara artistik maupun teknis produksi program tayangan. Istilah Sutradara atau Director menurut kamus film diartikan sebagai seseorang yang memegang tanggung jawab tertinggi terhadap aspek kreatif baik yang bersifat penafsiran maupun teknik pada pembuatan sebuah tayang televisi. Disamping mengatur permainan dalam acting dan dialog ia juga menetapkan posisi kamera, suara, prinsip penatacahayaan serta segala bumbu yang mempunyai efek dalam penciptaan film secara utuh . Dari difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kerja seorang sutradara meliputi aspek teknis, artistik dan content.
Bertanggung jawab pada hasil akhir sebuah karya seni audio-visual. Membutuhkan kemampuan atas control masalah-masalah teknik sinematik. Pengemasan karya artistic visul yang tinggi, teruta untuk sudut-sudut kamera penggambilan gambar –yang artistik. Mempunyai dasar-dasar pengetahuan dan wawasan yang sama.
Istilah Sutradara Televisi mungkin tidak begitu populer bila dibanding dengan sutradara, dalam pengertian Sutradara Film. Dunia pertelevisian di negara barat umumnya menggunakan istilah Program Director atau Television Director, yang kemudian sering kali diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai Pengarah Acara Televisi (pertama kali diperkenalkan oleh TVRI). Secara spesifik Herbert Zettl, seorang pakar dan pengamat televisi dari san fransisco mendefinisikan Sutradara Televisi sebagai seseorang yang bertugas memberikan pengarahan kepada talent (pemain atau pengisi acara) dan (pada masalah) teknis operasional. Secara langsung bertanggungjawab memindahkan secara efektif yang tertulis dalam naskah dalam bentuk pesan-pesan audio visual. Dalam skala stasiun televisi yang lebih kecil, sering kali juga bertindak sebagai producer. Industri pertelivisian kita mengenal sistem rekaman gambar visual dengan menggunakan single camera dan multi camera, yang kemudaian lazim kita sebut ENG (Electrinic News Getring) dan EFP (Electronic Fild Production). Kebutuhan artistik untuk single camera tentu saja berbeda dengan multi camera. Demikian juga untuk kebutuhan teknis lainnya, seperti penataan cahaya, penataan audio penataan gambar dan lain sebagainya. Sebagai contoh, untuk memproduksi program acara drama yang dilakukan di dalam studio, dengan menggunakan multi kamera, didukung tata suara dan tata lampu artistik, tentu akan berbeda cara penangannaya dengan produksi acara reality show yang menggunakan satu kamera dan dilakukan di luar ruangan. Seorang Sutradara Televisi idealnya harus menguasai kedua hal tersebut.
(diambil dari Television Production Hanbook-6th).
Hasil akhir dari sebuah karya televisi merupakan kesimpulan dari tiga tingkat pekerjaan produksi yaitu Pra Produksi (Pre Production), Produksi (Production) dan Paska Produksi (Post Production). Ketiganya menyatu dan tidak boleh terlewatkan. Apabila salah satu tingkat pengerjaan produksi ini hilang atau belum selesai, tugas sang sutradara masih belum tuntas. Adapan tugas seorang Sutradara Televisi secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada saat Pra Produksi bersama-sama produser, script writer, dan tim kreatif lainnya, membahas mengenai isi program hingga perencanaan produksinya. Pada saat Produksi, memimpin jalanya proses pengambilan gambar dan suara, termasuk merancang konsep visual dan tata cahaya. Saat Paska Produksi mendampingi editor untuk menentukan hasil akhir sebuah tayangan.
Aktor maupun aktris dan sutradara bekerja sama dalam latihan untuk menciptakan sebuah pengalaman hidup yang fiktif menjadi sebuah realita bagi para penonton. Didasari oleh konsep sutradara atau apa yang diinginkan sutradara untuk terjadi disepan kamera aktor mengaplikasikan penafsirannya dengan memakia pengalaman hidup yang dimiliki serta teknik-teknik akting yang sudah dia mengerti. Tertentu sebagai seorang aktor ia harus mempunyai pengalaman hidup yang dalam serta wawasan yang luas mengenai kehidupan itu sendiri. Perkembangan ilmu-ilmu psikologi dan pendekatan-pendekatan akting yang ada saat ini membuat peran para kator dalam sebuah produksi semakin kompleks. Sistem-sistem yang mereka gunakan untuk membuat penonton tertarik pada karakter yang dimainkannya bermacam ragam. Ada yang menggunakan kehidupan emosional pribadinya dengan jujur tetapi tetapi tidak melenceng dari tuntutan penulisnaskah tentang karakter yang dimainkannya. Ada sebagian aktor menyiapkan dirinya melalui sistem stanislavsky atau metode akting karya Lee Strasberg. Ada juga yang memberi jarak antara dirinya dengan penonton dengan menggunkana perangkat-perangkat aneliasi karya Bertolt Brecht untuk memaksakan respon yang sifatnya kritis bukan empati, dari para penonton tersebut. Tetapi ada juga sekelompok aktor yang hanya dengan semangat berkumpul mempersiapkan sebuah produksi tanpa mengerti semua pendekatan akting yang ada didunia saat ini.
Kontiniti arah, arah dari gerak seseorang atau arah pandang seseorang, bisa menimbulkan problema yang sangat menjengkelkan dalam kontiniti. Gambar yang direkam dari berbagai angle kamera dan dirangkum dalam satu sequence suatu rangkaian shot yang menjadi sebuah babak dari cerita selanjutnya serangkaian sequence dikombinasikan membentuk cerita lengkap. Kalau arah gerak atau pandangan yang sudah diperlihatkan pada satu shot, kemudian arah itu berubah-rubah pada shot-shot berikutnya, kontiniti akan dirusak, dan penonton akan merasa kacau. Perubahan tanpa penjelasan dari “screen direction”  bisa menimbulkan tidak klopnya penyambungan yang amat merusak, karena tiba-tiba arah pandang pemain kearah yang berlainan. Kontiniti adalah semata-mata pikiran sehat pada action yang dikoordinasikan. Yang membutuhkan pikiran dalam sequence-sequence bukannya dalam shot-shot secara tersendiri. Perencanaan yang sekasama, konsentrasi waktu dalam pembuatannya, dan menghindari diri terjerumus untuk membangun kontiniti yang lebih baik apakah shooting dilakukan dengan skenario yang dipersiapkan ataupun tanpa naskah. Kontiniti yang baik diharapkan oleh penonton. Dengan menarik kepada perhatian transisi itu sendiri, akan muncul kontiniti buruk yang menyimpang dari penuturan. Jangan ada satupun yang menggangu ilusi penonton yang melalui apa penonton terlibat dalam cerita. Tetapi dalam produksi drama televisi didalam studio biaaanya hal seperti ini jarang terjadi, karena biasanya mereka langsung bersama-sama main, dan bila terjadi ksalahan arah pandang itu sangat jarang tetrjadi. 
Penempatan angle kamera, angle-angle kamera yang layak bisa membuat perbedaan antara apresiasi penonton dan yang tidak berbeda. Ukuran citra dan angle citra menentukan berapa layak materi subyek yang penonton akan lihat. Dan dari titik pandang mana. Karena penonton yidak mau digerakan secara seenaknya, maka tiap perubahan angle kamera harus diperhitungkan. Penggunaan angle kamera yang dipikirkan dengan masak-masak bisa menambah keanekaragaman dan kesan pada penuturan cerita. Angle cerita yang didesain untuk menangkap, manahan, dan menunjukan jalan pada lanjutan ketertarikan penonton, harus dipilih.
Untuk mendukung hasil akhir yang sempurna maka seorang Sutradara televisi mutlak harus memiliki kemampuan berkordinasi dengan seluruh unsur pendukung produksi. Tim pendukung produksi ini merupakan kumpulan dari orang-orang yang mempunyai ketrampilan atau pengusaan terhadap bidang-bidang tertentu secara profesional, dan secara garis besar dapat dikatagorikan menjasi tiga yaitu : Tim Teknis, Tim Artistik dan Tim Penyusun Konsep. Tim Teknis misalnya : Technical Director (Pengarah Teknik), Kameraman, Lightingman, Audioman dan seterusnya, Tim Artistik misalnya : Set Designer, Make Up, wardrop dan sebagainya, sedangkan Tim Penyusun Konsep terdiri dari Creative Director, Script Writter hingga Produser.
Komposisi, ingatlah komposisi sebagai aransemen yang sedap dari para pemain dan objek-objek dalam setting, atau sebagai kesatuan dari ruang. Jangan dibuat terpesona oleh komposisi. Jadilah akrab dengan aneka-ragam karakteristik garis-garis, bentuk-bentuk, masa-masa dan gerakan-gerakan. Pertimbangkan bobot-bobot konmposisional, agar bingkai bisa dibuat menjadi seimabng sebagaiman layaknya. Memahami perbedaan-perbedaan antara keseimbangan formal dan informal, dan menggunakannya masing-masing untuk mendapatkan respon penonton yang sesuai. Ingat bahwa penonton harus dipengaruhi baik secara gambar maupun secara psikologis, untuk menyampaikan isi skenario dan membangkitkan emosi-emosinya. Jagan diijinkan ada lebih dari satu pusat pehatian dilayar pada satu saat, kalau tidak akan merusak mengacaukan efek yang dimaksudkan.
Terlepas dari format program televisi apapun yang diproduksi oleh seorang Sturadara, baik news maupun entertainment, media televisi adalah media hiburan. Sehingga apa yang disajikan melalui media tersebut harus memenuhi nilai artistik dan unsur keindahan. Karakter media televisi yang padat teknologi juga menjadi tuntutan bagi seorang sutradara televisi untuk menguasai berbagai peralatan pendukung produksi secara teknis. Maka dibutuhkan persyaratan-persyaratan tertentu untuk menjadi seorang Sutradara Televisi.
Berikut ini pengetahuan dasar yang “idealnya” dimiliki seorang sutradara televisi
  • Pengetahuan analisis dan penulisan naskah
  • Pengetahuan dasar tentang kamera video
  • Pengetahuan dasar tentang menggunaan video switcher
  • Pengetahuan tentang screen direction
  • Pengetahuan dasar tentang audio broadcast
  • Pengetahuan dasar tentang lighting video
  • Pengetahuan dasar editing
  • Pengetahuan dasar tentang equipment pendukung produksi yang lain
  • Mampu menggabukan hal teknis dan seni
Dengan kualifikasi seperti diatas maka memang tidak banyak orang yang bisa melakukan pekerjaan sebagai Sutradara Televisi.

Refrensi buku
The five c’s cinematography oleh Josep V. Mascelli, A.S.C
Menjadi Sutradara Televisi oleh Naratama
The Art of Acting seni peran untuk Teater, film dan televisi oleh Eka D. Sitorus


Tidak ada komentar:

Posting Komentar