Rabu, 01 Februari 2012

tinjauan seni


Ujian akhir Semester gasal mata kuliah Tinjauan Seni
1.      Jelaskan Definisi, fungsi, dan peta tugas kritikus dalam dunia pertelevisian. Berilah penjelasan alur kerja menulis kritik televise.
Jawaban :


Kritik adalah suatu hal yang menarik. Dan dengan kritik pula sesuatu hal jadi lebih hidup. Dalam hidup kita yang namanya kritik itu adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan penyampaian pendapat ataupun juga pelaksanaan pekerjaan. Hanya masalahnya makna kritik sendiri ini terkadang kurang dipahami oleh sang peng-kritik, sehingga munculah istilah kritik konstruktif dan kritik yang destruktif.
    Cara Mengkritik Karya dan Implementasinya
1.     Mengkritik/ memuji berbagai karya (seni atau produk) dengan bahasa yang lugas dan santun
Karya seni adalah ciptaan yang dapat menimbulkan rasa indah bagi orang yang melihat, mendengar, atau merasakannya. Karya seni memang indah untuk dinikmati. Karya seni tidak hanya terbatas pada karya sastra, tetapi juga seni yang lain, seperti seni lukis, seni musik, dan seni ukir. Kamu tentu pernah melihat salah satu produk seni tersebut.
Secara sadar atau tidak, ketika melihat suatu produk seni, misalnya lukisan, kamu akan melakukan penilaian meskipun sekadar mengatakan “Wah, lukisannya bagus” atau ”lukisannya kurang bagus”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik yang baik adalah apabila disampaikan dengan kalimat yang tepat dan santun serta bersifat membangun. Oleh karena itu, kita harus dapat memilih kata yang tepat sehingga tidak menyinggung perasaan. Kritik bersifat membangun adalah kritik yang dapat membantu untuk berkarya lebih baik atau menjadi lebih baik lagi setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan hasil karyanya.
Pujian merupakan pernyataan atau perkataan yang tulus akan kebaikan, kelebihan, atau keunggulan suatu hasil karya. Pada pembelajaran ini kamu akan berlatih untuk menyampaikan kritik dan pujian terhadap suatu karya. Sampaikan kritik dan pujian itu dengan wajar, dan tepat serta menggunakan bahasa yang lugas dan santun.
 Berikut ini adalah teknik sederhana dalam menganalis tayangan televisi:

- Menjadi penonton yang baik

Menonton adalah senjata dalam melancarkan pemahaman anda. Dalam hal ini kita dituntut untuk melihat dan menyaksikan tayangan televise meskipun secara subjektif tayangan itu buruk maupun sebaliknya. Dengan begitu sedikit banyak kita mengerti dan memahami maksud dan dapat membedakan tayangan Televisi yang sesuai maupun tidak. Banyak hal yang akan di gali dari segala aspek dalam setiap tayangan televise misal ekonomi, politik, pendidikan, dan lainnya.

- Mengkritik secara tepat

Mengkritik bukan sekedar menyampaikan ketidakpuasan. Anda perlu mempelajari cara menyampaikan kritik dengan baik. Diantaranya Anda harus mengetahui waktu, tempat, dan bahasa yang tepat. Perhatikan hal ini jika Anda ingin melontarkan kritik. Sebaliknya, Anda pun harus bisa menerima kritik yang ditujukan pada Anda. Jika Anda bisa mengkritik dan menerima kritik, hal ini akan menguntungkan diri Anda. Kondisi ini akan memperluas pengaruh terhadap orang lain dan apresiasi anda terhadap tayangan tv.

- mencari solusi dan menghargai karya televise
Dalam hal ini anda di tuntut dalam menghargai karya pada tayangan program televise meskipun menurut kita maupun orang lain buruk, karena itu akan memungkinkan kita untuk memperoleh hasil yang baik pada kelanjutannya. Cara yang paling tepat dalam menghargai suatu karya perlu memberikan solusi atas karya tersebut melalui tulisan maupun bentuk karya yang sama. Proses ini melatih daya berpikir kita untuk mempelajari tiap tayangan program televise.
Dari tulisan-tulisan diatas jelas sekali kritik mengkritik merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Dan tulisan-tulisan diatas juga meletakkan kerangka objektivitas sebagai bagian yang terpenting dalam membangun suatu kritik kosntruktif. Apa yang dimaksud dengan objektivitas disini adalah:
1.       Terfokus pada permasalahan yang ada, Misalnya saja ada orang yang mengkritik model baju yang dipakai seseorang, ternyata akhirnya meluas menjadi kritik kearah cara berbicara dan gaya hidupnya. Hal ini sangat tidak focus sehingga mengaburkan obyek yang dibahas.
2.       Dengan menggunakan dasar keilmuan yang tepat. Misalnya saja ada seorang petani, dia dikritik oleh seorang pedagang tentang cara menanam padinya. Kritik yang dilontarkan pedagang tersebut hanya merupakan rekaan saja karena dia sendiri rupanya hanya sedikit memahami tentang dunia pertanian.
3.       Berdasarkan pendekatan holistic. Pendekatan secara menyeluruh dari berbagai aspek yang ada yang menjadi landasan dari obyek permasalahan yang ada. Misalnya kita kritik cara hidup para gelandangan yang tidak sehat. Tetapi kita lupakan apa yang menyebabkan si gelandangan itu hidup dengan cara yang tidak sehat itu. Betapa tidak bijaknya kita jika mengatakan objeknya adalah pola hidup tidak sehat. Sehingga kritik yang dilontarkan justru tak berfaedah sama sekali. Tetapi bila kita mencoba mencari akar masalanya dahulu dengan meneliti apa penyebab hidup yang tak sehat itu, maka akhirnya, misalnya, dikarenakan ia tak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, maka sesegera mungkin untuk mengganti topic dan obyek kritik tersebut dengan masalah ketidak mampuan dalam mencukupi kebutuhan dasarnya.
4.       Perluas cakrawala / wawasan berfikir serta tingkat tingkat pengetahuan,. Sebagai contoh waktu tahun baru kemarin saya mengajak anak saya yang berumur 7 tahun mengunjungi museum Keramik dan Seni Rupa, setelah dia melihat semua lukisan itu, maka yang bagi dia paling bagus adalah lukisan Dede Eri Supria bukan lukisan Affandi. Karena menurut anak saya lukisan Dede Eri Supria sangat mirip dengan foto sedangkan lukisan Affandi sangat anaeh karena hanya coretan saja. Saya maklum akan hal itu, karena saya paham akan batas pemahaman anak saya dalam menilai suatu lukisan
5.       Mengesampingkan factor pesona subyektif. Pesona subyektif adalah factor perasaan senang/ tidak senang pada si yang dikritik. Ada hal yang sebetulnya layak dikritik pada orang tersebut, tetapi karena factor suka/ hormat/ kagum/ nama besar dari si subyek menyebabkan kita tidak melakukan kritik. Misalnya saja kita tak mengkrtitik kebijakan salah dari seorang presiden yang kita kagumi, tetapi karena factor suka dengan si subyek inilah yang menyebabkan ketidak-mauan kita untuk mengkritiknya.
6.       Memahami frame of reference dari si yang dikritik dan mengikuti alur pemikiran dan batas-batas frame of reference dari si yang dikritik,  sehingga kritik yang kita lontarkan bukan hanya sebatas sudut pandang kita, tetapi kita juga harus bisa melihatnya dari sudut pandang si yang dikritik.
7.       Memberikan solusi sebagai pemecahan masalah, sehingga kritik yang kita lontarkan tidak hanya bersifat egoism kita saja, tetapi menjadi media dalam membangun kebersamaan.
Banyak sekali karya-karya yang jika kita melihat dari satu sudut pandang saja sangat pantas untuk dikritik tetapi tidak dilakukan kritik karena hal tersebut bukanlah menjadi obyektivitas masalah. Misalnya saja dalam karya William Shakespeare yang paling masyur yaitu Romeo and Juliet. Banyak sekali orang tidak melakukan kritik atas ketidak-sempurnaan karya tersebut (disamping mungkin karena ketidak tahuannya). Setting cerita Romeo and Juliet diambil pada saat jam belum dibuat, tetapi dalam sebuah alineanya ditulis oleh Shakespeare tentang “bunyi jam dinding yang berdentang 12 kali”. Atau mungkin seperti penggemar film India yang pada saat adegan perkelahian, jelas-jelas pukulan tak pernah mengenai tubuh, tetapi selalu saja actor yang (dalam cerita) terjungkal. Penggemar film India tak mempermasalahkan itu karena bagi dia yang penting serunya, sehingga dia mengesampingkan obyek kritikan yang seharusnya bisa dimunculkan. Atau mungkin anak-anak penggemar film ranger Jepang yang ditayangkan setiap hari di TV. Banyak hal yang tak masuk akal disana, misalnya saja monster-monster raksasa yang menjadi lawannya menghancurkan kota, coba kita bayangkan, kira-kira kalau film seri itu ditayangkan seminggu 5 kali, dan disetiap ceritanya monster itu mengobrak-abrik dan menghancurkan 1 kota, dikalikan 4 minggu dalam sebulan dan dikalikan lagi 12 bulan dalam setahun. Maka sebanyak 5 X 4 X 12 X 1 = 240 kota di Jepang telah diratakan oleh para monster musuh ranger-ranger itu dalam satu tahun. Anak kecil mengesanpingkan hal itu, karena ia lebih tertarik pada adegan perkelahian antara ranger dan monster. Atau mungkin jika kita membaca karya sastra pujangga Indonesia, Zubber Usman yang berjudul Radjawali, dimana si tokoh utama bisa bicara dengan hewan-hewan, jika kita pakai logika kita itu adalah mustahil. Para pujangga yang lain tahu bahwa tulisan Zubber Usman itu adalah cerita pengandaian berisi suatu pelajaran tentang kehidupan yang disamarkan dengan berbagai cerita fantastis. Tetapi jika kita berpijak pada keangkuhan logika dan memandang dari sudut pandang kita saja, maka kita menganggap karya sastra pujangga besar tersebut adalah karya sampah.
2.      media watch sering dianggap sebagai lembaga tempat para kritikus berkegiatan. Apa konstribusi media watch bagi masyarakat dan ilmu pengetahuannya
Kritik juga bahan bakar bagi energi kepenulisan. Ibarat sebuah bahtera, kritik adalah angin yang justru mendorongnya bergerak sampai ke daratan harapan. Selain itu, seberapapun kadarnya, mari berbagi apa yang kita tahu. Karena berbagi ilmu itu sesungguhnya sedekah, dan setiap sedekah berbuah keuntungan baik berupa tambahan ilmu atau manfaat lainnya. Kualitas media jurnalisme dan hiburan tidak dapat terlepas dari pantauan secara kritis atas setiap produk media. Media jurnalisme dilihat dari sisi pengutamaan kepentingan publik (obyektitivtas dan kebenaran) dengan menghindari eksploitasi media untuk kepentingan subyektif (negara atau pasar). Media jurnalisme menyampaikan informasi human interest dengan kerangka penghormatan hak azasi. Kritisisme terhadap media hiburan ditujukan pada ukuran estetika dalam kerangka cita rasa (taste) yang lebih tinggi yang dibedakan dari cita rasa rendah (low taste). Informasi hiburan juga dilihat dari kebajikan dengan moral dari norma kultural dalam kehidupan publik. Seluruh pantauan bertujuan untuk membangun atau memelihara nilai kultural sebagai acuan bersama. Pada sisi lainnya perlu dijalankan pendidikan publik (public education) untuk menumbuhkan melek media yaitu kesadaran dan kritisisme bermedia di lingkungan publik. Publik yang kritis ibarat air yang sehat bagi media yang sehat pula. Ini terwujud melalui kesadaran dan daya kritis dalam menghadapi media dalam kaitan dengan nilai kultural. Untuk itu media watch merupakan suatu tempat yang dapat memberikan dampak positif untuk memberikan pemikiran kritis dalam setiap gerakan di berbagai media. Institusi media watch berada dalam konteks ‘freedom of the press’ dengan melihat kedudukan media dalam menghadapi makna publik (public meaning); dan dalam konteks ‘freedom of the expression/speech’ untuk melihat peran media terhadap cita rasa estetis. Pemantauan media secara kelembagaan umumnya dikerjakan oleh dua gerakan, pertama: secara umum oleh lembaga akademik (bagian perguruan tinggi atau di luar perguruan tinggi), bertujuan untuk membangun keberadaan media dalam platform masyarakat sipil; kedua: oleh kelompok kepentingan yang bertujuan untuk menjaga agar media tidak merugikan kelompok yang diadvokasi. Pemantauan media juga bertujuan untuk membangun media dalam kaitan dengan nilai kultural masyarakat sipil.

3.      Jelaskan apa saja parameter yang bisa di gunakan untuk mengukur kualitas program tayangan televise. Berikan bukti yang konkrit ( dalam contoh makalah/artikel/statementc)yang anda temukan di media massa.
Televisi merupakan salah satu media massa yang bersifat satu arah terhadap komunikannya itu berarti komunikan adalah heterogen. Salah satu teori komunikasi yang sering disebut dengan ‘Teori peluru’ atau ‘Teori model jarum Hipodermis’ menyatakan bahwa media sangatlah besar pengaruhnya terhadap perkembangan social, ekonomi, politik, agama, dan sebagainya dalam setiap aspek. Pernyataan ini sering terbukti misal dalam tayangan program televise yang bersifat propaganda dalam aspek politik masyarakat menjadi tergerak saat ada tayangan pemilu kepada siapakah mereka memilih saat itu. Persoalannya adalah setiap media memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan yang bersifat provokatif ataupun tidak, untuk itu perlu kita ketahui tentang skema dalam teori komunikasi. Komunikasi yang di berikan membawa pesan melalui media kepada komunikan lalu mendapat umpan balik yang bisa berupa efek positif maupun negative kepada komunikan ataupun komunikatornya.
beberapa contoh artikel mengenai pengaruh tayangan televise :
 Banyaknya stasiun televisi di tanah air tidak serta merta kian memperbanyak mata acara yang mendidik dan sarat edukasi sebagai alternative pilihan. Sebagaimana Rumah Produksi (PH) ternyata tidak banyak yang mengemban misi edukasi dan penanaman nilai-nilai moral dan agama dalam diri anak bangsa. Yang lebih dikedepankan adalah keuntungan semata. Tanpa peduli apakah program yang dihasilkan membawa dampak negative atau positif, baik atau buruk. Yang penting untung besar melalui iklan. Realitas ini membuat kita sepakat untuk mengatakan bahwa TV kita saat ini lebih banyak membawa dampak buruk daripada yang baik. Acap kita dengar sejumlah kasus kekerasan dan kejahatan seksual terjadi karena pelakunya belajar dan terpengaruh pada sebuah tayangan di televisi. Dan lebih tragis lagi karena pelakunya terkadang anak dibawah umur. Salah seorang pakar pendidikan tanah air Prof. Arief Rachman, menyatakan bahwa kekerasan yang yang ditayangkan televisi sangat efektif merangsang naluri manusia yang paling rendah yang menyamai insting binatang, salah satunya adalah insting membunuh (Koran Tempo, 29 November 2006). Bahkan aktor kawakan, Slamet Raharjo berkata, “Terlalu banyak catatan yang bernilai negatif terhadap dampak yang diberikan oleh sinetron remaja Indonesia pada saat ini, terlebih pada perkembangan anak-anak dan remaja Indonesia”.
Berikut ini adalah dampak negatif televisi selain yang telah disebutkan diatas:
• Berpengaruh terhadap perkembangan otak anak. khususnya yang sedang dalam proses pertumbuhan.
• Mendorong anak menjadi konsumtif.
• Berpengaruh terhadap Sikap.
• Mengurangi semangat belajar.
• Membentuk pola pikir sederhana.
• Mengurangi kemampuan konsentrasi.
• Mengurangi kreativitas.
• Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
• Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga.
• Matang secara seksual lebih cepat.
Apalagi di bulan Ramadhan ini bermunculan acara-acara televise yang sangat jauh dari kesan edukatif dan sejalan dengan spirit Ramadhan. Bahkan yang marak adalah tayangan yang dinilai penuh adegan seronok dan caci maki. Apakah saat menjelang buka puasa atau ketika kaum Muslimin sedang makan sahur. MUI secara tegas telah mengkritik beberapa program televisi yang tidak sesuai spirit bulan suci ini. Khususnya acara komedi yang lebih mengedepankan unsur humor dan disajikan dengan kata-kata kasar, kotor dan seronok. Belum lagi berbagai acara mistik, kuis dengan unsur judi, ramalan dan sebagainya.
Lalu siapakah yang harus bertanggung jawab atas berbagai program televise tersebut? Penanggung jawab utama tentu saja adalah:
Pertama: pemerintah, atau dalam hal ini adalah KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang bertugas menangani berbagai macam urusan yang berhubungan dengan penyiaran. Dalam hal ini KPI harus menegur para pengelola stasiun televise yang dianggap bermasalah, dan kalau perlu dibreidel.
Kedua: para pemilik dan pengelola industri televise agar tidak hanya mengedepankan unsur keuntungan semata, tetapi mohon diperhatikan moral generasi bangsa ini yang rusak karena tayangan yang merusak.
Ketiga: pemilik Rumah Produksi, agar dapat membuat acara yang bermutu atau sinetron berkualitas yang tetap mengedepankan moralitas bangsa.
Keempat: para artis, aktor dan entertain agar bertanggung jawab secara moral terhadap apa yang mereka sajikan dilayar kaca yang ditonton jutaan pasang mata, dengan tidak mempertontonkan adegan seronok atau kata-kata kasar, caci maki dan sebagainya yang kesemua itu dapat ditiru oleh mereka yang menyaksikannya.
Kelima: seluruh yang terlibat dalam merancang dan membuat sebuah acara di televisi supaya tidak mengorbankan moral bangsa ini karena alasan perut dan materi.
Walau bagaimana pun televisi tetap sebagai media informasi, pengetahuan dan hiburan  yang masih dibutuhkan masyarakat. Namun dihadapan realitas ini kita harus selektif memiliki program acara yang layak tonton bagi anak-anak dan keluarga. Mengingat bahwa dampak buruk dan negativ kotak kecil bernama televisi ini jauh lebih besar ketimbang aspek positifnya. Entah kapan kita kita dapat menyaksikan tayangan televisi yang benar-benar sehat dan menyehatkan moral bangsa ini, sarat edukasi, menghibur tapi juga penuh tanggung jawab.
                                                                                 Syarif Ridwan ( Quo Vadis Televisi Indonesia )
4.      Temukan tulisan kritik televise di electronic library ( 2 pdf ) anda boleh memilih topik-topik seperti dampak penayangan program televise atau peran televise dalam dunia pendidikan.
5.      Apa yang anda ketahui tentang hal berikut ini ? jelaskan 5 yang di pilih.
·         Hierarchy of Effects : Pertama kali, Hierarchy of Effects Model dipopulerkan oleh Lavidge & Steiner pada tahun 1961. Model ini diciptakan untuk memperlihatkan proses, atau langkah, yang membuat pengiklan berasumsi bahwa konsumen melalui proses pembelian secara lebih jelas. Lavidge & Steiner memaparkan bahwa langkah-langkah tersebut harus dilalui secara linier, namun “a potential purchaser sometimes may move up several steps simultanesly”. Menurut Hierarchy of effects model, dari melihat iklan sampai dengan melakukan pembelian, konsumen selalu mengikuti alur proses yang sangat teratur. Pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi produk/merek tertentu diawali oleh awareness atau pengenalan terhadap produk tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan pemahaman yang ditindak lanjuti dengan tingkat kesukaan dan penilaian lebih baik dibandingkan dengan produk lain. Dan akhirnya konsumen memutuskan untuk mencoba merek tersebut. Model ini menyebutkan bahwa proses selalu berurutan dan selalu berawal dari proses pengenalan.
·         Iklan layanan masyarakat (bahasa Inggris: Public Service Ad atau disingkat PSA) adalah iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan kehidupan umum.
Iklan layanan masyarakat (ILM) dapat dikampanyekan oleh organisasi profit atau non profit dengan tujuan sosial ekonomis yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
·         Parameter kualitas program televise Persoalannya adalah setiap media memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan yang bersifat provokatif ataupun tidak, untuk itu perlu kita ketahui tentang skema dalam teori komunikasi. Komunikasi yang di berikan membawa pesan melalui media kepada komunikan lalu mendapat umpan balik yang bisa berupa efek positif maupun negative kepada komunikan ataupun komunikatornya. Salah satu teori komunikasi yang sering disebut dengan ‘Teori peluru’ atau ‘Teori model jarum Hipodermis’ menyatakan bahwa media sangatlah besar pengaruhnya terhadap perkembangan social, ekonomi, politik, agama, dan sebagainya dalam setiap aspek.
·         Aspek estetika pada program televise. Menurut david cook bahwa TV telah menjadi dunia nyata kebudayaan yang menjadikan hiburan sebagai ideologinya.tontonan sebagai lambing bentuk komodity.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar